Friday, January 14, 2011

Bab 1 - part 2

Alice dan Alvin memasuki Sentosa Express. Mereka segera mencari tempat duduk. Karena hari kerja, kereta itu tidak
seramai biasanya. Kereta itu bergerak sangat cepat dari stasiun ke stasiun.
Akhirnya mereka tiba di stasiun Waterfront, dekat Universal Studio. Sementara Alice mengambil tiket masuk dari guru pembimbingnya, Alvin pergi mebeli tiket untuk dirinya sendiri. Revon pun menghampiri Alvin.
“Hey, bro”
“Hey, do I know you?”
“No, I just wanna warn you not to approach Alice again.”
“Alice? Kamu temannya Alice?”
“Iya, tapi dia itu..”
Sebelum Revon sempat melanjutkan kalimatnya, Alice sudah berada di samping Alvin.
“Hai, Rev. Kenapa lu ada disini? Rombongan yang lain sudah masuk ke dalam loh! ”
“Gag kenapa-kenapa kok, Lis. Gue duluan ya, Lis.”
Revon langsung berlari kearah pintu masuk. Alice mengajak Alvin untuk masuk ke dalam Universal Studio. Namun, Alvin mengajak Alice untuk berfoto terlebih dahulu di depan Universal Globe. Alice baru tahu kalau Alvin berbakat di bidang fotografi dan Ia juga bercita-cita menjadi seorang sutradara hebat. Alice semakin mengaggumi teman barunya itu.

***
Alice mengantri untuk berfoto bersama Shrek, karakter kartun yang ia sukai. Alvin tersenyum melihat gaya Alice. Ia tak pernah bertemu teman wanita seperti Alice. Alice begitu polos, bahkan ia tidak bertanya apapun tentang apa yang Revon lakukan dengannya tadi. Sebenarnya tanpa Revon lanjutkan, Alvin sudah tau kalau Revon akan mengatakan kalau ia menyukai Alice. Entah mengapa, tapi ia tidak rela menjauh dari Alice demi Revon. Ia berharap waktu berjalan lambat agar ia bisa lebih lama bersama Alice.
“Vin!Alvin! Kok bengong sih?”
“Hah? Oh, maaf. Tadi aku lagi mikirin setelah ini kita mau main apa. Menurut kamu apa?
“Gimana kalau kita masuk ke kastilnya Shrek?”
“Kamu mau nonton Shrek 4D?”
“Iya. Kamu mau kan?”
“Mau dong”
Alice tersenyum. Ia menarik tangan Alvin menuju antrian masuk ke dalam area Shrek 4D untuk mengantri. Karena antrian itu panjang, mereka menunggu sambil mengobrol. Alice menceritakan tentang perlakuan teman-teman sekolahnya kepadanya. Alvin tidak menyangka Alice yang ceria, pernah mengalami hal seburuk itu.
“I’m so proud of you, Lis.”
“Bangga kenapa?”
“Kamu hebat, bisa bertahan sampai lulus walaupun di perlakukan kayak gitu. Aku rasa aku bakal pindah sekolah
kalau jadi kamu.”
“Ngapain pindah sekolah? Rugi lagi! Aku gag mau buang duit untuk pindah sekolah karena mereka.”
“Iya juga ya? Oh ya, Kamu sekolah dimana nanti?”
“Rencananya sih, aku masuk ke SMA Prestasi Bangsa. Kalu kamu, di Jakarta sekolah dimana?”
“Aku belum tau.”
Akhirnya tiba giliran mereka. Mereka masuk ke sebuah ruangan gelap. Ruangan itu sudah di penuhi banyak orang yang sedang berdiri menonton pengantar film itu. Akhirnya pintu Bioskop Shrek 4D adventure di buka. Orang-orang berdesakan masuk.
“Aaa..” Alice hampir terjatuh. Ia merasakan dirinya di topang oleh dua buah tangan. Itu adalah tangan Revon.
“Kamu gag kenapa-kenapa kan, Lis?”
“Iya. Thanks ya, Rev.”
“Sama-sama. Vin, Lu kan cowok, harusnya lu bisa jagain Alice. Untung gue lihat, jadi masih sempat di tolong.”
Revon menatap Alvin dengan sinis. Ia ingin menunjukan kepada Alice kalau ia lebih hebat dari Alvin. Alvin tau maksud perkataan Revon. Tapi itu memang kesalahanya jadi ia mencoba untuk santai.
“Sip, Rev. Gue akan jaga dia sebaik mungkin. Kita masuk dulu ya.” 
Alvin menarik tangan Alice. Alice melambaikan tangannya ke arah Revon. Revon merasa Alvin sengaja berkata seperti itu di depan Alice. Revon semakin tidak menyukai Alvin. Ia lalu masuk ke dalam bioskop itu. Alvin dan Alice duduk di bangku penonton. Mereka sudah menggunakan kacamata yang sudah disediakan. Film di mulai.

***
Film selesai. Alvin dan Alice keluar dari tempat itu. Alvin dan Alice berjalan mengitari wahana Far far away, tempat mereka menonton sebelumnya. Pertama-tama, mereka menonton pertunjukan Donkey live, lalu berpindah ke wahana the Lost World untuk menonton pertunjukan Water world. Puas menonton pertujukan, mereka pun mulai bermain. Mereka
memainkan beberapa permainan seperti Canopy flyer, Roller Coaster, Revenge of the Mummy, dan Treasure Hunter. Mereka lalu berjalan ke arah Jurassic Park Rapids Adventure .Mereka masuk ke salah satu arena permainan. Permainan itu seperti arung jeram namun arenanya di buat seperti pada zaman dinosaurus. Awalnya, arus air nya tidak begitu kencang tapi lama kelamaan, arus air semakin kencang. Perahu mereka lalu masuk ke dalam suatu terowongan yg di tata seperti gudang. Tiba-tiba, perahu mereka seperti menabrak sesuatu dan kemudian terangkat ke atas. Di atas mereka, ada sebuah robot dinosaurus yang bersiap menyantap mereka. Tapi sebelum itu terjadi, perahu mereka meluncur dan mereka terkena cipratan air beberapa kali sehingga baju mereka basah.
“Shit!”
“Hush! Ngomongnya ya.”
“Sorry.”
Perahu mereka sampai di tempat awal mereka berangkat tadi. Mereka turun dari perahu itu dan berjalan keluar. Alvin mengajak Alice masuk ke sebuah toko souvenir.
“Kita mau ngapain, Vin?”
“Beli baju. Baju kita itu basah banget. Nanti kalau kamu sakit gimana?”
“Tapi..”
“Gag pakai tapi-tapi. Pilih aja yang kamu suka, aku yang bayar.”
Alvin menunjukan bagian pakaian perempuan. Setelah Alice sibuk melihat-lihat, ia mencari baju untuk dirinya sendiri.
Beberapa saat kemudian, Ia menemukan baju yang tepat. Baju itu bertuliskan “Best Actor”. Lalu Alice menghampirinya.
“Vin, aku sudah dapat bajunya. Liat deh.”
“Aku juga. Ini..” Alvin lalu berbalik. Ia tersenyum. Baju yang Alice pilih ternyata bertuliskan “Best Actress”. Sebuah kebetulan lainya. Alice hanya ikut tersenyum melihat kebetulan
itu. Mereka berdua berjalan ke arah kasir. Alvin membayar kedua baju itu. Mereka lalu berjalan keluar dari toko itu dan mencari toilet utnuk mengganti pakaian.

***
Alvin dan Alice sudah mengganti pakaian mereka. Alvin mengajak Alice ke sebuah restaurant fast food d tempat itu. Mereka lalu memesan makanan. Tempat pemesanan makanannya ada di luar, jadi Alvin menyuruh Alice untuk mencari tempat duduk di dalam. Baru selesai memesan makanan, tiba-tiba hujan turun. Alvin yang memegang nampan berisi makanan langsung menutupi makanan itu agar tidak basah dan berlari ke arah Alice yang sedang mencari tempat duduk.
"Vin, kayaknya gag ada tempat duduk lagi deh."
"Itu masih ada satu, kamu duduk aja biar aku yang berdiri."
"Gag usah kamu aja yang duduk."
"Kan aku cowok, jadi biar aku yang berdiri, kamu duduk."
Alice lalu mendekati tempat duduk itu. Ketika akan duduk, Alice melihat seorang anak kecil yang sedang disuapi makanan oleh ibunya yang sedang berdiri karena kehabisan tempat duduk. Alice lalu memberikan tempat duduknya pada wanita itu. Alvin hanya terpaku melihat kejadian itu.
"Loh, kenapa kamu kasih kursi kamu ke wanita itu?"
"Habis wanita itu kan kasihan mesti nunduk untuk menyuapi anaknya. Jadi ya aku kasih aja, jadi kan kita bisa makan bareng kayak gini."
"Kamu memang cewek yang baik ya, lis."
"Enggak kok, biasa aja. Vin, maaf ya kalau aku ngerepotin.”  
“Gag kok, gag sama sekali malah.”
“Kenapa begitu?”
“Karena aku senang hari ini bisa ketemu kamu.”
“Aku juga. Aku bersyukur banget bisa ketemu kamu hari ini.”
Alvin tersenyum. Mukanya memerah. Entah kenapa, ia merasa begitu bahagia mendengar ucapan Alice. Alice juga merasakan hal yang sama. Ia begitu berbunga-bunga mendengar ucapan Alvin dan tanpa sadar mengatakan perasaannya. Tapi keheningan itu buyar ketika handphone Alice berbunyi. Alice mengangkat telefon itu.
“Alice! Lu dimana? Kok gag bareng Revon pulangnya? Gue bosen banget nih di hotel.”
“Gue masih di Universal, Shar. Sebentar lagi gue pulang kok.”
“Cepetan ya !”
“Sip, Bos!”
Alice mengakhiri pembicaraannya dengan Sharon. Ia lalu mulai memakan makanannya. Alvin masih memperhatikan Alice. Ia ingin secepat ini berpisah dengan Alice.
“Kamu sudah mau pulang ya?”  
“Iya nih. Kasiahan Sharon gag ada teman di hotel.”
“Kamu pulang bareng teman-teman sekolah kamu?”
“Gag. Mereka kayaknya sudah balik ke hotel duluan.”
“Kalau gitu, biar nanti aku yang nganter kamu sampai ke hotel.”
“Gag usah. Aku gag mau ngerepotin kamu. Hotelnya kan gag jauh.”
“Hotel-ku juga gag jauh. So? Why don’t we spend more time together before we back? Gag ada salahnya kan?"  
“Ehm..Okey deh.” 
Mereka menghabiskan makanan mereka dan berjalan ke arah pintu keluar. Alvin melihat ke broshur Universal Studio. Ada satu pertunjukan yang ingin ia lihat sebelum pulang, Studio Steven Spielberg. Seperti tau apa yang di inginkan Alvin, Alice menarik tangan Alvin.
“Vin, kamu mau jadi sutradara kan? Kamu mesti lihat studionya Steven Spielberg!”
“Sebenarnya aku pengen, tapi bukannya kamu harus cepat-cepat balik ke hotel?”
“So? There’s nothing wrong if we spend more time together before we back, right?”
Alvin tersenyum lalu menarik tangan Alice dan berlari. Alice ikut berlari. Ternyata Alvin hampir saja mengorbankan keinginanya demi dia.

***
Alvin dan Alice keluar dari tempat pertunjukan. Alvin masih terus membahas tentang apa yang ia lihat tadi, bagaimana sebuah film yang harusnya di buat di luar ruangan bisa di buat di dalam sebuah studio. Dan yang lebih mengagumkan, itu terlihat begitu nyata.
Mereka berjalan ke arah pintu keluar. Setelah Alvin berjalan melewati pintu keluar, ia berbalik untuk melihat mengingat semua pengalaman yang ia alami hari ini.
“Vin, kamu ngapain sih?”
“Gag apa-apa. Ayo jalan lagi!”
Alvin berjalan duluan. Alice bingung. Sebenarnya ia ingin sekali kembali ke dalam dan menghabiskan waktu lebih lama bersama Alvin, tapi ia sudah terlanjur berjanji pada Sharon.
“Alice!” Alvin membangunkan Alice dari lamunannya barusan. Mereka lalu berjalan masuk ke halte Sentosa bus. Tak lama kemudian Bus yang mereka tunggu datang .

No comments:

Post a Comment