Friday, January 14, 2011

Bab 3 - part 1

Sharon memesan minuman untuk ia dan Adel. Adel melihat ke sekelilingnya. Banyak teman-teman SMPnya disana namun tidak semuanya ia kenal. Tiba-tiba ia  melihat seseorang yang sejak liburan belum pernah ia temui. Tristan. Mantan kakak kelasnya di SMP dulu. Laki-laki yang membuatnya jatuh cinta hingga akhirnya terpuruk dalam kesedihan.
“Hush! Jangan bengong gitu. Ngeliatin siapa sih? ”
“Gag ngeliatin siapa-siapa kok. Cuma lagi mikir aja.”
“Oh, ya sudah.”
Adel kembali memikirkan Tristan. Sharon mengacaukan lamunannya. Sharon memang tidak tau mengenai perasaannya pada Tristan. Bahkan tidak ada satupun orang yang tau. Ia memang sengaja menutupinya agar tidak ada yang mengetahui hal ini, karena bagi Adel, ini adalah hal yang tidak perlu diketahui orang lain.

***
Tristan dikenal sebagai seorang pemimpin dari kelompok anak-anak nakal di sekolah. Ia tidak begitu populer dikalangan gadis-gadis karena ia tidak dekat banyak gadis.
Adel pertama kali bertemu Tristan saat menghadiri acara sekolah dimana Tristan diajak oleh temannya untuk turut serta. Awalnya Adel tidak begitu menyukai Tristan karena tingkah lakunya yang semaunya. Tapi itu semua berubah saat ia mengenal Tristan yang sebenarnya.
Sebulan kemudian, Sharon bercerita kalau seorang kakak kelas sedang mendekatinya. Namanya adalah Tristan. Saat itu Tristan berstatus pacar Felicia. Karena saat itu keduanya sudah punya pacar, jadi mereka tidak melanjutkan hubungan itu.
Setelah Sharon dan Tristan putus dari pacar mereka masing-masing, Tristan kembali mendekati Sharon. Felicia yang tau tentang hal itu pun merasa Sharon menghianatinya. Ia mulai membenci Sharon. Sedangkan Adel dan Alice bersikap netral.
Tristan tidak tau banyak tentang Sharon. Karena itu ia memutuskan untuk mendekati sala satu teman Sharon yang bisa memberikannya informasi tentang Sharon. Akhirnya ia memilih Adel.
Sore itu, Adel sedang sibuk di depan komputernya. Ia membuka profile facebook seorang teman lamanya. Tiba-tiba muncul chat dari seseorang. Ia membuka chat itu. Ternyata Tristan-lah yang men-chatnya. Mereka pun mulai mengobrol lewat chat itu.

Tristan : Hey
Adel     : Iya?
Tristan : Lu temannya Sharon yang kemarin, kan?
Adel     : Iya, kenapa?
Tristan : Gag apa-apa, lagi apa?
Adel     : Lagi ol aja. Lu?
Tristan : Lagi ol tapi bentar lagi mau pergi ke café.
Adel     : Ooh, ya sudah. Bye
Trsitan : Yaah..
Adel     : Kenapa yaah?
Tristan : Kita kan baru ngobrol bentar. Gue ganggu ya?
Adel     : Gag kok. Gue cuma takut salah ngomong aja.


Adel tidak tau harus mengatakan apa lagi. Ia merasakan perasaannya mulai melembut terhadap Tristan. Sepertinya ia sudah bepikiran terlalu buruk tentang Tristan. Tak lama Tristan menghakhiri chat itu karena teman-temannya menjemputnya. Mereka akan segera pergi ke café dailycious.
Adel mendengar handphone nya berbunyi. Jason menelfon.
“Halo, teddy bear.”
“Apaan sih lu, Jas?”
“Gag apa-apa. Eh, malam ini lu gag kemana-mana kan?”
“Gag.”
“Sepuluh menit lagi gue jemput ya. Siap-siap ya, teddy.”
“Tap..”
Belum sempat ia menjawab Jason sudah menutup telfonnya. Jason selalu begitu. Se-enaknya menutup telfon padahal ia belum sempat menjawab. Sepuluh menit kemudian Jason datang.
“Del, ada Jason di depan. Cepat temui dia.”
“Tapi dia mau ngajak aku pergi ma.”
“Ya sudah. Mama izinkan kok. Ini kan malam minggu. Tapi jangan pulang malam-malam ya!”
 Karina keluar dari kamar anaknya itu. Ia menyurh Jason untuk menunggu di teras. Kemudian ia masuk untuk menyiapkan makan untuk suaminya dan anak-anaknya. Adel sepertinya sedang bedandan di kamarnya. Beberapa menit kemudian Adel keluar dari kamarnya dengan mengenakan kaos, jaket, dan celana pendek. Ia lalu menghampiri Jason.
“Eh, teddy bear.”
 Adel hanya diam. Ia tidak suka di panggil teddy bear. Dari kecil Jason selalu memanggilnya teddy bear karena ia sangat menyayangi sebuah teddy bear yang di berikan oleh pangeran masa kecilnya. Tapi akhirnya itu malah jadi bahan ledekan Jason untuknya.
“Ya sudah. Sorry deh.”
“Iya. Gue maafin. Gue kan anak baik. Oh ya, kita mau kemana sih?”
“Sudah ikut aja. Kita ke tempat nongkrong anak-anak sekolah kita. Belum pernah kan?”
“Belum. Gag apa-apa kan aku pakai baju kayak gini aja?”
“Gag apa-apa.”
Jason membonceng Adel di motornya. Mereka pun memulai perjalanan mereka. Jason membawa Adel ke sebuah café bernama dailycious. Mereka masuk ke dalam café itu. Saat itu Adel masih menggunakan kacamata dan kelihatan tidak fashionable, sehingga ia tidak begitu dianggap oleh teman-teman sekolahnya yang ada di café itu.
Ia dan Jason duduk di tempat duduk dekat panggung. Ia melihat seorang laki-laki yang ia kenal sedang bermain drum bersama bandnya. Laki-laki itu adalah Tristan. Tristan tersenyum kearahnya. Ia pun balas tersenyum. Jason menyaksikan kejadian itu.
Setelah selesai tampil di panggung itu, Tristan menghampiri Adel. Adel tampak begitu gugup.
“Hai.”
“H-hai.”
“Kok ada disini?”
“Dia yang ngajak.” 
Adel menunjuk ke arah Jason. Jason hanya tersenyum.
“Ooh. Ya sudah gue duluan ya.”
“Okey.”
Tristan berjalan ke arah teman-temannya, meninggalkan Adel dan Jason. Adel tersenyum manis. Jason tidak tau apa sebenarnya hubungan Adel dan Tristan tapi yang pasti ia tidak menyukai itu. Adel sadar kalau dari tadi Jason memperhatikannya.
“Apa sih liat-liat?”
“Gag apa-apa. Kita balik aja yuk.” 
 Jason sudah kehilangan moodnya. Adel sebenarnya masih ingin menghabiskan waktu lebih lama disana, tapi ia tidak enak pada Jason. Ia lalu mengangguk.
“Okey. Gue bayar dulu ya.”
“Sip.”
 Jason berjalan ke kasir untuk membayar. Adel menyusulnya. Jason lalu mengantarkan Adel pulang.
Dua hari kemudian di sekolah, Adel membuka lokernya. Ia mengambil beberapa buku yang ia taruh di lokernya. Saat ia menutup pintu lokernya, ternyata ada Tristan di balik pintu itu.
“Hai, Adel.”
“Hai. Kok ada disini?”
“Gag apa-apa. Iseng aja. Oh ya, gue boleh minta nomor handphone lu gag?”
“Buat apa?”
“Gag tau.. hehe. Jadi boleh gag?”
“Boleh. 0898756432.”
“Thanks ya.”
“Sama-sama.”
“Nanti gue telfon ya.”
“Jangan!”
“Kenapa?”
“Ya, jangan aja. Ehm, gue ke kelas dulu ya. Bye.”
“Okey. Bye.”
Adel masuk ke kelasnya. Tristan bergabung dengan teman-temannya. Setelah pulang sekolah, Adel pulang ke rumah. Selesai mandi, handphonenya berbunyi. Nomornya tidak ia kenal. Ia mengangkat telfon itu.
“Hallo.Ini siapa ya?”
“Masa gag ngenalin?”
“Tristan?”
“Yoi.”
“Kan sudah gue bilang jangan telfon!”
“Ya, maaf deh. Dimaafin kan?”
“Iya. Ya sudah lanjut di sms aja ya.”
“Oke.” 
Beberapa menit kemudian datang sms dari Tristan. Mereka berdua melanjutkan obrolan mereka lewat sms. Mereka semakin dekat.
Tanpa diduga, Adel mulai jatuh hati pada Tristan. Tristan sendiri mulai menyayangi Adel walau tidak sebesar rasa sukanya pada Sharon. Tristan menganggap Adel sebagai adiknya sekaligus teman baiknya, karena Adel selalu mendukungnya.
Beberapa bulan berlalu. Sampai Adel naik ke kelas delapan dan Tristan ke kelas sembilan. Tristan mulai berubah. Adel merasa Tristan tidak lagi memperhatikannya seperti dulu. Adel merasa begitu egois. Ia mulai bergantung pada Tristan. Karena itu ia ingin mengakhiri saja hubungannya yang tidak jelas dengan Tristan.
Tristan menirimkan sms pada Adel. Seperti biasa Adel dengan cepat membalasnya. Tristan menanyakan bagaimana perasaan sharon padanya. Adel merasa kalau inilah saat yang tepat untuk memberitahukan Tristan kalau ia sudah tidak bisa lagi membantunya.

Tristan, maafin gue, tapi gue sudah gag bisa lagi bantuin lu buat mendekati Sharon. Gue takut kalau gue kasih lu terlalu banyak harapan kalau Sharon juga suka sama lu, lu nantinya sakit hati. Gue benar-benar minta maaf Tristan :(   

Adel

Adel sudah tidak tau lagi mau memberikan alasan apa pada Tristan. Adel menunggu balasan dari Tristan. Tapi seharian ia menunggu, Tristan tidak kunjung membalas sms-nya. Sejak hari itu hubungan mereka berubah seratus delapan puluh derajat. Tristan sibuk dengan teman-temannya, begitupun dengan Adel yang tahun itu merasakan perubahan besar pada dirinya. Dulu sahabatnya, Alice adalah anak yang terkenal, otomatis ia pun ikut dikenal, tapi kini semua sudah berubah.
Setiap kali bertemu Tristan tidak pernah menganggap Adel ada. Itu berlangsung sampai Tristan lulus. Adel berharap suatu hari ia dan Tristan bisa dekat seperti dulu. Saat ulang tahunnya yang ke tiga belas, Adel berharap Tristan akan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Namun sepanjang hari ia menunggu, Tristan tidak mengucapkan apaupun padanya. Padahal Tristan melihatnya ketika Sharon dan Alice membawa sebuah kue tart kecil bertuliskan namanya. Saat kelas sembilan Adel mulai merubah penampilannya. Ia melepaskan kacamatanya dan menggunakan contact lense. Ia mengubah gaya rambutnya dan mulai ber-makeup. Ia bukanlah Adel yang dulu lagi. Ia bahkan sudah memilik pacar yang tampan dan menyayanginya.

No comments:

Post a Comment