Friday, January 14, 2011

Bab 2 - part 2

Alice duduk di meja makan bersama dengan ayahnya, ibunya, dan Alden. Mbok Yem hari ini memasak makanan kesukaannya, Sup Kacang Merah. Dulu ketika Alice masih kecil, Adita sering mebuatkan Alice sup kacang merah, namun karena sekarang ia sibuk, Mbok Yem lah yang membuatkan Alice sup itu. Alice sangat senang karena hari ini mereka sekeluarga bisa makan bersama.
“Gimana jalan-jalannya di Singapore, sayang?”
“Menyenangkan banget, pa.”
“Waw, bagus dong! Biasanya kan kamu selalu sebel ikutan acara sekolah, kenapa kali ini menyenangkan?”
“Ada deh.”
"Ah, paling karena habis ketemu cowok ganteng.” 
Alden menyahut. Alden seperti bisa membaca pikirannya. Alice hanya tersenyum malu-malu. Tanpa sadar mukanya memerah.
“Apaan sih, kak Alden?”
“Tukan, mukanya merah!”
“Iih..Oh ya, kak. Tadi suaranya Kak Mei bagus banget.”
“Mei? Mei siapa? Mama pengen tau dong.” 
Ternyata Adita memperhatikan juga pembicaraan keluarga itu.
“Itu loh, ma. Pacar barunya Kak Alden. Suaranya bagus banget!”
“Wah, kok kamu gag ngenalin sama mama dan papa sih?”
“Gag ah, ntar mama intogasi lagi.” 
Alden menyaut sambil bercanda. Tapi memang, setiap gadis yang di bawa Alden ke rumah pasti akan ditanyai berbagia macam pertanyan oleh Adita. Alden takut Mei malah akan takut berdekatan dengannya karena sikap mamanya itu.
“Sudah, nanti saja kalau Alden sudah serius hubungannya baru di kenalkan ke kita. Setuju?” 
 Suara berat Sergie menenangkan hati Alden. Alden melanjutkan makannya.
“Okey, mama setuju. Ngomong-ngomong soal pacar, Kamu gimana, Lis? Sudah jadian belum sama Revon?”
“Hah? Revon?”
“Iya, dia kan sudah dekat sam kita semua. Tunggu apa lagi?”
“Aku gag suka sama dia, ma.”
“Kenapa? Dia itu sudah ganteng, pintar, dari keluarga baik-baik lagi.”
“Plus sekarang dia yang menggantikan aku jadi kapten basket.” 
Alden menyahut. Ia sangat senang bisa menggoda adik perempuannya itu. Tapi Alice hanya diam. Sebenarnya Alden tau kalau sudah berkali-kali Revon menyatakan perasaannya pada Alice, namu selalu di tolak. Makanya Revon sering meminta sarannya untuk mendekati Alice.
“Ya sudah, kalau kamu gag suka sama Revon. Kita lanjutkan makannya saja ya.” 
 Adita mengerti perasaan Alice. Iya juga dulu begitu tiap kali di tanyakan tentang hubungannya denga Sergie, tapi akhirnya mereka menikah juga. Ia cukup senang hari ini bisa bersama dengan keluarganya. Karena ini adalah hal yang jarang terjadi. Ia dan suaminya sama-sama bekerja. Sergie sibuk di perusahaan CD orginal miliknya. Sedangkan ia sibuk dengan butik-butik miliknya. 

Setelah selesai makan Alice kembali ke kamarnya, meninggalkan Alden dan orangtuannya yang sedang menonton televisi. Alice masih lelah karena baru pulang dari Singapura tadi siang.

***
Alvin, Robby, dan Ellen berkumpul di ruang keluarga. Alvin tidak sabar mendengar keputusan orangtuannya.
“Vin, mama dan papa sudah putuskan. Kamu boleh masuk ke sekolah itu. Tapi karena letaknya cukup jauh. Kamu akan diantar kan oleh Pak Aryo setiap hari. Dan nanti pulangnya mama yang akan jemput.”
“Kenapa aku gag naik mobil sendiri aja, pa?”
“Kamu kan belum tau jalan, Alvin.”
“Oh. Maaf . Aku baru ingat kita bukan di California lagi.”
“Ya sudah. Kamu pergi tidur saja. Besok kita akan pergi ke sekolah itu.”
“Baiklah, pa.” 
Alvin masuk ke kamarnya meninggalkan orangtuannya. Hanya ada Robby dan Ellen di ruangan itu. Robby sedang menerima telfon dari kliennya. Ellen berjalan masuk ke kamar Romeo untuk mengecek anaknya itu.
Alvin masuk ke kamarnya. Ia berbaring di tempat tidurnya. Dia tidak sabar untuk melihat sekolah barunya besok pagi. Besok juga ia akan bertemu dengan Alice. Tadi siang ia sudah bertanya pada Mas Aryo dimana letak café Dailycious, dan ternyata café itu dekat dengan rumahnya. Ia lalu tidur di tempat tidur barunya itu.
Alvin bangun dari tidurnya. Jam sudah menunjukan pukul delapan pagi. Ia bergegas mandi dan berpakaian. Ia keluar dari kamarnya. Orangtuanya dan adiknya sudah duduk di meja makan untuk sarapan. Ayahnya sudah berpkaian rapih.
“Ayo sarapan, Vin. mama sudah siapkan roti untuk kamu, disamping piring papa.” 
“Vin, habis ini kamu ikut papa ke sekolah baru kamu untuk daftar masuk sekolah.”
“Baik, pa.”
Tak lama kemudian mereka selesai sarapan. Alvin dan Robby berangkat ke SMA Prestasi Bangsa. Ayah dan anak itu hanya diam selama di perjalanan, tidak saling berbicara satu sama lain. Akhirnya mereka tiba di SMA Prestasi Bangsa.
Di dalam wilayah sekolah itu terdapat lima Gedung yaitu gedung TK, gedung SD, gedung SMP, gedung SMA, dan gedung pertemuan. Sekolah itu dilengkapi dengan lapangan basket, lapangan futsal, lapangan badminton indoor, kolam berenang indoor, dan berbagai macam fasilitas lainnya. Ayahnya bilang, sekolah ini adalah salah satu sekolah terbaik di Jakarta. Yang bisa masuk ke sekolah itu hanyalah orang yang ekonominya mapan dan anak-anak yang mendapat beasiswa karena kepintarannya.
Alvin dan Robby masuk ke sebuah ruangan di dalam gedung SMA yang bertuliskan tata usaha. Alvin yang tidak tau apa itu tata usaha, hanya diam saja ketika ayahnya mengobrol bersama seorang wanita setengah baya yang belakangan ia ketahui bernama Maria. Maria menyuruhnya untuk datang lagi besok membawa raport dan beberapa hal yang dibutuhkan untuk dimasukan ke data siswa. Alvin juga disarankan untuk mempelajari buku-buku pelajaran berstandard nasional untuk test masuk yang akan dilangsungkan lusa. Maria lalu memberikan sebuah formulir untuk diisi. Robby pun mengajak Alvin untuk keluar dari ruangan itu dan kembali ke mobil.
Robby mengajak Alvin untuk makan siang di café temannya. Tak lama mereka sampai. Alvin dan Robby duduk. Tiba-tiba Robby melihat seorang wanita yang ia kenal mendekat. Dialah Katty.
Katty adalah pelayan restaurant itu. Restaurant itu di kelola oleh Roger. Roger sengaja memilih pelayan-pelayang yang bertubuh indah untuk memikat pelanggan. Karena Robby adalah teman baiknya, ia sengaja menyuruh Kattie, pelayan kesayangannya untuk melayani Robby. Setau Roger, Robby sedang bermasalah dengan istrinya. Namun sepertinya Robby sama sekali tidak tertarik dengan Kattie. Tapi bukan Kattie namanya kalau semudah itu menyerah. Ia tetap mencoba untuk mendekati Robby.
Katty mendekat ke arah Robby dan duduk di sampingnya. Robby berusaha menjauh tapi Katty mendekatinya lagi.
“Hai sayang, mau pesan apa?” Katty bertanya pada Robby dengan mesra lalu mendekatkan wajahnya kearah Robby.
“Satu cappuccino dan satu nasi goreng. Kamu mau pesan apa, Vin?”
“Lemon tea aja.”
“Kamu gag makan?”
“Gag nanti saja di rumah.”
“Okey, so one cappuccino, one lemon tea and one fried rice ya. Be right back ya, sayang ”
Katty pun berjalan pergi meninggalkan Alvin dan Robby. Alvin hanya diam. Ia tidak tau siapa wanita itu tapi sepertinya wanita itu adalah selingkuhan ayahnya.
“Vin, kamu jangan salah paham ya. Dia bukan siapa-siapa papa kok.” 
Robby yang seperti mengetahui pikiran Alvin, langsung mencoba mengklarifikasi kejadian tadi. Alvin hanya diam. Kalau memang bukan siapa-siapa kenapa ayahnya membiarkan wanita itu berskap seperti tadi? Ia semakin tidak menyukai ayahnya.
Tak lama Kattie datang kembali. Ia kembali duduk di samping Robby sambil bersender di punggung Robby. Kattie tau kalau anak laki-laki dihadapannya itu adalah anak Robby. Dan Ia sengaja melakukan hal itu di depan anaknya agar anak itu melaporkannya ke ibunya dan akhirnya Robby bercerai dengan istrinya. Tapi Kattie salah, Alvin takkan memberitaukan itu semua pada ibunya. Ia takkan menyakiti perasaan ibunya.

No comments:

Post a Comment